STIT Miftahul Midad

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Miftahul Midad

Jl. Musi No. 17 Sumberejo - Sukodono - Lumajang - Jawa Timur

REFLEKTIVITAS AKHIR ZAMAN (ESAI)

REFLEKTIVITAS AKHIR ZAMAN (ESAI)

ADMIN SIMMA - 09 19:12:51 Oktober 2022

Akbar Rizki Anggoro

(Mahasiswa STITMMI Prodi Tadris Bahasa Inggris semester 1)

Di era akhir zaman ini, sudah mulai bermunculan berbagai tanda-tanda hadirnya akhir zaman. Di negara indonesia ini sudah tidak jarang ditemukan berbagai macam hal yang mengarah terhadap tanda-tanda itu, salah satunya adalah LGBT. Wikipedia mengartikan LGBT adalah sebuah singkatan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender yang menunjukan kombinasi atau suatu gabungan dari kalangan minoritas dalam bidang seksual. LGBT sendiri memiliki kecenderungan yang mulai tertanam dalam diri manusia baik dari segi psikolog maupun jasad. LGBT ini, kini semakin marak dengan berbagai faktor, salah satunya berasal dari kehidupan sosial dan lingkungan itu sendiri bahkan berasal dari keluarga. Tak jarang kita banyak menemui hal ini di berbagai penjuru dunia. Bahkan ada suatu hari yang diperingati oleh negara tertentu terutama negara yang mengedepankan HAM seperti Jerman, Amerika dan lainnya. Dalam islam, ada larangan keras terhadap perilaku  ini. Tak ayal ada suatu bukti dalam islam yang menyatakan bahwa LGBT itu haram yakni dalam surat As-Syu'ara ayat 165 sampai 166 yang berbunyi:

اَتَأْتُوْنَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعٰلَمِيْنَ (١٦٥)وَتَذَرُوْنَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ اَزْوَاجِكُمْۗ بَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ عٰدُوْنَ(١٦٦)

Artinya:

“165. Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia (berbuat homoseks)166. dan kamu tinggalkan (perempuan) yang diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu (memang) orang-orang yang melampaui batas”. Bukan hanya di dalam islam, agama lain pun seperti kristen, buddha dan banyak agama lainnya pun melarang perilaku tersebut karena dianggap melanggar peraturan dalam kitab agama tersebut.

Kini  remaja-remaja Indonesia banyak  yang terpengaruh dengan perilaku tersebut. Bahkan, tak jarang kita temukan di berbagai macam sosmed seperti tiktok, ig, twitter, telegram yang mana banyak akun-akun remaja yang sengaja memamerkan kemesraan mereka dengan pasangan mereka. Bukan hanya itu, kini marak di dunia perfilman pun di tayangkan berbagi macam film yang mengarah pada LGBT tersebut dan malahan tanpa segan mereka banyak menayang kan adegan yang berbau porno dalam bidang LGBT tersebut. Dengan itu lah sangat mudah banyak remaja Indonesia terpengaruh dan terjerumus dalam kasus LGBT tersebut. Bagaimana tidak? Banyak yang didapat ketika seorang remaja indonesia melihat film tersebut seperti rangsangan untuk melakukan, dan bahkan dengan sengaja remaja indonesia banyak meniru adegan-adegan tersebut.

Sebenarnya, menurut saya tak hanya faktor itu saja yang mendorong banyaknya kalangan remaja indonesia terjerumus pada kasus LGBT. Ada banyak faktor pendorong dari kasus LGBT tersebut.

Seperti dalam hal perasaan, seseorang pasti ada waktu dimana dia  merasakan sakit hati. Pasti bukan? Begitu pula dengan seorang remaja yang masih dalam fase labilitas, dimana fase ini akan membawa remaja merasa dia paling benar dalam mengambil sebuah keputusan untuk melangkah. Tak hanya itu, di fase ini pula perasaan seorang remaja akan dengan mudahnya berubah-ubah atau bisa disebut moody-an.  Ditambah lagi di fase ini akan ada masanya seorang remaja mulai merasakan cinta. Berawal dari seorang remaja yang saling mencintai namun dalam batas normal dan berpasangan sewajarnya, dan bahkan mereka akan saling memberi kenyamanan satu sama lain. Namun ketika seorang remaja mengalami putus cinta, dan pada akhirnya mereka akan merasakan sakit hati. Adapun hal itu terjadi berulang-ulang ataupun tidak, namun bisa diingat ketika seorang remaja itu mulai lelah. Nah, saat itulah remaja itu akan membutuhkan sandara dan mereka akan membutuhkan seorang teman dan ditambah lagu teman nya adalah teman segender. Ketika teman itu mulai memberi perhatian dan mulai memberi ketenangan pada sang remaja. Pasti remaja akan mulai terjadi  hal yang aneh dan merasakan mulai adanya ke Abnormalan dalam perasaan mereka. Dan ditambah rasa emosional yang mulai Abnormal dan sering berubah-ubah. Dan disitulah sang remaja akan mulai merasa nyaman dengan teman segendernya itu. Dan secara tidak langsung akan terjadi hubungan yang tidak sewajarnya.

Penyebab Gay dan Lesbian, Benarkah karena Gangguan Mental?

Homo seksualitas adalah orientasi seksual yang menunjukkan ketertarikan terhadap orang lain yang memiliki jenis kelamin atau gender yang sama (penyuka sesama jenis). Penelitian awal menyebutkan gangguan mental sebagai penyebab seseorang menjadi penyuka sesama jenis. Hal ini kemudian menciptakan diskriminasi dan stigma terhadap gay dan lesbian di masyarakat. Namun, semenjak tahun 1987 berbagai lembaga kesehatan di dunia, termasuk American Psychiatric Association (APA), tidak lagi menggolongkan homoseksual sebagai gangguan mental. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa dari Kementerian Kesehatan RI juga menjelaskan bahwa homoseksual tidak termasuk ke dalam gangguan jiwa. Homoseksual juga bukanlah bentuk penyimpangan atau gangguan seksual.

Hingga saat ini, penjelasan dari penyebab mengapa seseorang menjadi penyuka sesama jenis (homoseksual) masih terus ditelusuri oleh para ahli dan peneliti. Kromosom X yang diturunkan dari ibu ke anak, membawa keragaman gen yang membuat seseorang menjadi gay. Kajian-kajian terkait faktor genetik tersebut, sebagai penyebab orientasi seksual seseorang dalam LGBT, dibuktikan oleh 50-60 % responden yang berpartisipasi.

 Tidak hanya marak dalam siklus negara. Namun, kasus LGBT adalah hal yang selalu menjadi topik di pesantren, terlebih lagi pesantren yang memang khusus dan sedikit waktu untuk melihat lawan jenis(salaf). Hal itu mungkin sudah tertanam di dalam naungan pesantren karena adanya faktor-faktor tertentu salah satunya kurangnya interaksi dengan lawan jenis. Namun, juga bukan hal mudah untuk mengatasi kasus tersebut. Karena pasti berhubungan dengan psikologi pada diri seorang yang terpengaruh LGBT. Namun, setidaknya ada usaha dalam mengatasi kasus tersebut. Terlebih lagi, dengan adanya bullyng pada korban bukan semakin meningkatkan kesembuhan pada mental korban, tapi malah menurunkan mental korban. Jadi kiranya apa yang kita lakukan? Kita sebagai makhluk sosial tidak boleh langsung berfikir bahwa korban adalah seseorang yang buruk. Bahkan, korban LGBT adalah korban yang tengah lemah menghadapi situasi yang terjadi pada diri mereka. Kita perlu merangkul serta membimbing mereka menuju jalan yang terbaik. Tanpa kekerasan kita juga bisa menolong mereka agar tidak terjerumus lebih dalam terhadap masalah tersebut.

Kesimpulannya, kita sebagai makhluk sosial harus saling menyokong dan tidak saling merendahkan. Kita di ciptakan oleh sang kuasa dengan cara yang sama tapi dengan kehidupan yang berbeda-beda. Banyak berbagai masalah yang terjadi pada diri kita pun begitu dengan manusia lainnya. Kita juga harus selalu antusias dan memiliki empati serta kepedulian sosil terhadap manusia lainnya terlebih pada kasus LGBT ini. Kita tau mereka bukanlah orang yang harus kita singkirkan. Namun, mereka adalah orang yang harus kita rangkul dan kita bimbing menuju jalan yang seharusnya.

Kembali Ke Kategori MAHASISWA

STIT Miftahul Midad

Jl. Musi No. 17 Sumberejo - Sukodono - Lumajang - Jawa Timur

  • Email : support@stitmiftahulmidad.ac.id
  • Telepon : (0331) xxxx xxxx
  • Youtube : STIT Miftahul Midad
  • Facebook : STIT Miftahul Midad
  • Instagram : @STITMiftahulMidad

Prodi

  • S1 PGMI
  • S1 TBI

Copyright © 2021 - STIT Miftahul Midad

Contribution: Khittotun Nahidhin - Designed by Abdul Mannan Sya'roni